Fadhillah El Husna

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Lomba ANTOLOGI Perjalanan TNGP

MIRIS, TNGP KU

Terbangun dari tidur aku langkahkan kaki menuju pintu kamar dan setelah pintu terbuka tepat di depan pintu kamar jarum jam menunjukkan pukul 03.00 wib dini hari Jum”at 29 November 2019. Aku langsung ke kamar mandi untuk bersuci dan melanjutkan untuk shalat di waktu sepertiga malam terakhir, tentu doa utamanya adalah agar rombongan KPPL Sumatera Barat yang berangkat ke Jakarta hari ini diberi kemudahan, keselamatan dan keberkahan.

Setelah itu aku langsung menuju dapur untuk memasak air persiapan mandi dan bikin kopi untuk suami sebagai rutinitas aku sebagai isteri yang suaminya suka kopi. Setelah kopi tersaji aku langsung mandi dengan air hangat dan untuk selanjutnya menyiapkan segala sesuatunya menjelang keberangkatan ke Bandara Internasional Minangkabau jam 04.00 pagi seperti yang dijadwalkan pada kesepakatan awal dengan salah seorang peserta TNGP juga yang rumahnya kebetulan berdekatan dengan rumahku.

Sebelumnya pada saat mandi aku mandi , aku sudah merasa ada keganjilan, sehingga muncul pertanyaan dalam diriku : “Kok ayahnya anak-anak juga mandi ya ?” karena aku mendengar ada suara air di kamar mandi sebelah. ternyata benar dugaanku, pada saat aku beres-beres, suamiku juga ikut beres-beres. Kemudian suamiku secara cepat memasukkan tas bawaanku ke dalam mobil, seraya berkata kepadaku : “Ayo cepat hari sudah jam 04.00 wib. nanti telat ke bandara” aku tertegun sebentar dan berkata : “Tunggu sebentar dulu ya, Bunda mau pamit dulu sama anak-anak” . Suamiku melarang “ Tidak usah bangunin anak ! “ di sinilah insiden itu terjadi karena batinku tidak sependapat dengan suamiku, Aku tetap membangunkan anakku dan mengatakan bahwa Bunda mau berangkat ke bandara sama Ayah, anakku langsung kesal, marah, sambil memukul-mukulkan kepalanya ke kasur sambil mengucapkan astagfirullah berkali-kali. Tentu saja aku sebagai ibunya tidak bisa melihat kejadian itu dan langsung mengambil keputusan, “ Ayolah kalau nggak Abang yang ngantar Bunda ke bandara “. Untunglah dia bisa bangun dan bersiap dengan cepat, sementara di sis lain suamiku langsung marah “ Jadi , kamu berangkat sama Roghib (nama panggilan anakku) ? “ Ok , klau begitu, terserah ! sambil mengibaskan kedua tangannya ke atas kepalanya. Aku tertegun tak mampu untuk berkata-kata, sambil melangkah menuju mobil hatiku benar-benar tertekan luar biasa, di satu sisi aku harus menepati janji dengan anak-anak, karena malamnya kita sudah rembukan keluarga bahwa yang akan mengantar Bunda ke bandara adalah anakku Roghib, tapi di saat mau melangkah ke luar rumah, suamiku berkeinginan kuat untuk mengantarku ke bandara.

Sepanjang perjalanan menuju bnadara dengan memakai waktu tempuh lebih kurang 2 jam, hatiku benar-benar remuk. di satu sisi aku harus memikirkan perasaan anakku. Dia sangat kecewa dengan sikap ayahnya. Banyak pikiran yang berkecamuk dalam benakku , haruskah membohongi anak yang sudah dewasa demi menjukkan cinta pada isteri, lalu bagaimana dengan perasaan anak yang programnya sudah dengan sukarela dicanselnya demi sebuah pengabdian kepada orang tua, lalu bagaimana dengan komitmen kita sebagai orang tua yang telah membuat keputusan kemudian berubah secara tiba-tiba, tanpa kompromi ? lalu bagaimana dengan diriku, yang tidak patuh kepada suamiku, padahal suamiku adalah junjunganku, berdosakah aku karena lebih terkesan membela perasaan anakku daripada perasaan suamiku, oh Tuhan ampunilah hamba-Mu jika salah sikapku dalam mengambil keputusan ini, hanya Engkaulah yang tahu segalanya isi hatiku, ampuni hamba-Mu ya Rabbb….

Sesampai di Bandar aku, anakku, dan seorang temanku (peserta TNGP juga) sarapan di sebuah kave bandara, tentu saja masih dengan perasaan tidak menentu. ku lihat di sebelah pojok sana sudah ada beberapa orang teman peserta TNGP yang berkumpul sambil menunggu rombongan lengkap. Tak berapa lama kemudian Panitia Keberangkatan Rombongan TNGP Sumatera Barat datang dan menyuruh kami berkumpul. tampillah Bu Erin Sekeretaris KPPL Sumbar memperkenalkan Panitia Keberangkatan ( Bu Ilget sebagai Ketua, Bu Desi sebagai Sekretaris dan Bu Dewi sebagai Bendahara) termasuk memperkenalkan pemandu wisata Bu Cun. setelah itu bu Erin mensupport kami agar bisa membuat antologi perjalanan. Breaving pagi itu ditutup dengan doa dan harapan dari ketua KPPL Sumbar ibu Agusrida.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post